Blogku

Rabu, 24 Juli 2013

Kependudukan di Indonesia dan Pengaruhnya bagi Bangsa Kita


Selamat Pagi.... kali ini saya akan membahas tentang Kependudukan di Indonesia. Masalah ini sudah menjadi masalah klasik di negeri ini, seperti pertumbuhan penduduk yang tinggi atau disebut dengan Ledakan Penduduk atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Baby Booming. Setiap tahun pertumbuhan penduduk kita bertumbuh sekitar 3 juta orang, angka yang tak sedikit bukan?


Kerangka berpikirnya adalah pada awal pembangunan suatu masyarakat memiliki angka pertumbuhan penduduk yang rendah karena angka kelahiran dan kematian yang tinggi. Banyak bayi yang lahir, tetapi juga banyak orang yang meninggal karena berbagai sebab. Ketika teknologi kedokteran dan fasilitas kesehatan meningkat, angka kematian pun turun dengan cepat. Kalau turunnya angka kematian ini tidak disertai dengan penurunan angka kelahiran, terjadilah ”peledakan penduduk”.

Jumlah yang lahir jauh lebih banyak dari yang meninggal. Akibatnya, angka pertumbuhan penduduk meningkat dengan cepat. Peledakan penduduk ini dapat mengacaukan pembangunan ekonomi dan mengganggu kesejahteraan keluarga. Pendapatan masih rendah, sementara banyak anak yang harus diurus. Kualitas anak tidak terjamin sehingga sulit keluar dari perangkap kemiskinan. Di Indonesia, angka pertumbuhan penduduk tahunan tertinggi mencapai 2,34 persen pada periode 1971-1980.

Program Keluarga Berencana (KB) berhasil menekan angka pertumbuhan penduduk tahunan menjadi 1,97 persen pada periode 1980-1990. Secara absolut, tambahan jumlah penduduk mulai turun dari 31,7 juta pada 1980-1990 menjadi 26,5 juta pada periode 1990-2000. Kalaupun penduduk Timor Timur diperhitungkan pada sensus 2000, kenaikan pada periode 1999-2000 pun hanya sekira 27,5 juta, masih lebih rendah daripada kenaikan 1980-1990.

Jadi kapan penduduk Indonesia meledak? Kalau menggunakan angka pertumbuhan penduduk, peledakan terjadi pada 1971-1980. Kalau menggunakan kenaikan jumlah penduduk secara absolut, peledakan terjadi pada periode 1980-1990. Lalu mengapa ada kekhawatiran terjadi peledakan penduduk?
Ada tiga tanda yang dinilai telah terjadi peledakan penduduk.

1. Pertama,angka pertumbuhan penduduk tahunan meningkat dari 1,44 persen pada periode 1990-2000 menjadi 1,48 persen periode 2000-2010.

2. Kedua, tambahan jumlah penduduk periode 2000-2010 mencapai 32,5 juta, lebih besar daripada periode 1990-2000 yang hanya 27,5 juta (kalau Timor Timur diperhitungkan).

3. Ketiga, hasil sensus ini ternyata lebih tinggi daripada dugaan para demografer.
Misalnya Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2007 memproyeksikan bahwa penduduk Indonesia akan berjumlah 234,2 juta pada 2010, yang ternyata lebih rendah dari hasil sensus 2010. Sebelum mencari tahu sebab kenaikan angka pertumbuhan dan tambahan jumlah penduduk, kita terlebih dulu melihat apakah benar hasil sensus ini mengagetkan.
Sesungguhnya demografer bukan tukang ramal yang dapat memberikan suatu angka pasti. Mereka biasanya memberikan suatu interval atau beberapa skenario kecenderungan.

Namun, BPS hanya menyajikan satu angka saja, dan hal ini yang telah menimbulkan kesalahpahaman. Kalaulah proyeksi BPS dan hasil sensus diberi interval plus minus satu persen, proyeksi BPS tadi menghasilkan jumlah penduduk antara 231,9 juta dan 236,5 juta pada 2010.
Dengan interval yang sama, sensus penduduk memberikan hasil antara 235,2 juta dan 240,0 juta. Terlihat ada tumpang tindih antara proyeksi BPS dan hasil sensus, walau hasil proyeksi cenderung berada di bawah hasil sensus. Maka, kami cenderung tidak terlalu kaget dengan hasil sensus. Hasil sensus memang lebih tinggi daripada proyeksi BPS, tetapi perbedaannya kecil sekali. Lalu, mengapa angka pertumbuhan periode 2000-2010 meningkat? Kependudukan merupakan masalah serius yang harus ditanggulangi agar terkontrol sehingga bisa memelihara pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat secara signifikan juga disertai dengan peningkatan kualitas SDM agar terciptanya kesejahteraan bersama.

Berikut ini penyebab pertumbuhan penduduk Indonesia yang tinggi antara lain:

1. Tingginya angka kelahiran

Kelahiran Bayi

Kelahiran dan kematian sangat berpengaruh terhadap komposisi penduduk kita. Karena kalau tingkat kelahiran lebih tinggi dari kematian, maka penduduk kita akan meningkat. Sebaliknya, jika kematian lebih tinggi daripada kelahiran, maka penduduk kita otomatis berkurang. Jika angka kelahiran tinggi yang tidak disertai dengan pemerataan dan peningkatan SDM, maka akan menjadi beban bagi Indonesia.

2. Prinsip "Banyak Anak Banyak Rejeki"

Keluarga Dengan Anak Banyak

Anda sudah tak asing lagi kan dengan prinsip diatas ini. Nah, prinsip inilah yang membuat banyak keluarga yang memiliki anak lebih dari 2, misalnya salah satu keluarga di yang memiliki 8 anak.

3. Pernikahan Usia Dini

Pernikahan Usia Muda

Masalah ini memang sudah menjadi tradisi bagi sebagian masyarakat di Indonesia. Bahkan, tak sedikit orang tua yang menikahkan mereka pada usia yang masih sangat belia, yakni sekitar 10-17 tahun. Ada salah satu teman sebaya yang kini telah menikah di usia yang sangat muda. Sangat disayangkan, padahal mereka juga bisa mendapatkan kesempatan yang sama untuk meraih cita-cita mereka.
Hasil survey di beberapa negara menunjukkan bahwa pernikahan muda menjadi kecenderungan di berbagai negara berkembang. Di Indonesia sendiri presentase pernikahan muda 62% wanita menikah karena hamil, 21% pernikahan karena ingin memperbaiki ekonomi dan keluar dari kemiskinan dan sisanya dipaksa orangtua dan karena status sosial. Hasil data RISKESDAS 2010 menunjukkan 41,9% usia kawin pertama di Indonesia adalah 15-19 tahun dan 4,8% usia 10-14 tahun sudah menikah. Hal itu menempatkan Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan muda tinggi di dunia (rangking 37) dan tertinggi kedua di ASEAN setelah di Kamboja.

4. Kesadaran Penduduk akan Pendidikan Rendah

 
Pendidikan

Pendidikan merupakan parameter kualitas SDM suatu negara. Ironisnya meskipun pemerintah telah berusaha keras untuk meningkatkan SDM, masih banyak penduduk kita yang tidak dapat mengenyam pendidikan dasar bahkan kesadaran mereka akan pendidikan sangat kurang. Sehingga timbul pola pikir masyarakat yang negatif akan pendidikan.
Pendidikan rendah juga merupakan salah satu faktor penyebab seseorang untuk menikah muda. Bahkan, setelah lulus SD atau SMP saja sudah dinikahkan oleh orangtuanya. Padahal, mereka masih bisa melanjutkan pendidikan. Salah satunya adalah Yati, salah satu gadis asal Serang yang dinikahkan oleh orang tuanya pada usia 15 tahun yang seharusnya siswa kelas 3 SMP.

Ledakan Penduduk jika tidak ditanggulangi dapat menyebabkan ketahanan ekonomi sosial berkurang yang memicu inflasi dan meningkatnya pengangguran.

Berikut ini akibat dari ledakan penduduk, antara lain:

1.  Persaingan lapangan pekerjaan

Di negara yang memiliki pertumbuhan penduduk tinggi akan semakin banyak orang yang memperebutan lapangan pekerjaan. Diperkirakan harus diciptakan 30 juta lapangan pekerjaan baru setiap tahunnya jika setiap orang yang menginjak usia kerja harus memiliki pekerjaan.




2. Persaingan untuk mendapat pemukiman

Persaingan untuk mendapat permukiman yang layak. Persaingan ini terutama terjadi di daerah perkotaan yang padat, tapi tidak ada perumahan yang memadai. Dikota seperti ini, sering kita jumpai permukiman kumuh.



3. Kesempatan pendidikan Rendah

Dengan makin banyaknya bayi yang lahir setip tahunnya, tentu makin banyaknya diperlukan fasilitas sekolah dan guru yang memadai. Negara miskin, mungkin tidak bisa memenuhi fasilitas pendidikan. Sebagai hasilnya, tidak setiap anak memiliki kesempatan untuk bersekolah dan mendapatkan pendidikan yang memadai.



Berikut ini solusi yang saya tawarkan antara lain:

1. Galakkan kembali program Keluarga Berencana
2. Meningkatkan produksi pangan untuk mengatasi kekurangan bahan pangan (misalnya dengan intensifikasi, ekstensifikasi, dan diversifikasi pertanian).
3. Membangun sarana dan prasarana pendidikan yang jumlahnya sebanding dengan jumlah penduduk usia sekolah.
4. Meningkatkan jumlah fasilitas sosial dan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, dan poliklinik).
5. Meningkatkan jumlah lapangan kerja sehingga sebanding dengan jumlah penduduk usia kerja.
6. Merevisi secepatnya UU Tentang Perkawinan dan adanya tindakan tegas jika ada yang melanggar.
7. Menggalakkan sosialisasi tentang KB di seluruh Indonesia.
8. Menggratiskan seluruh biaya pendidikan dari SD hingga SMA di seluruh Indonesia.
9. Galakkan program "GENRE/Generasi Berencana" dan sosialisasinya di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia.

Sekian dulu artikel yang saya sampaikan semoga bermanfaat, dan mohon maaf jika ada kesalahan.
Akhir kata saya ucapkan Wassalamualaikum Wr. Wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar